LAPORAN AKHIR AGUSTUS 2010
KABUPATEN BELU
Senin, Tanggal 2 Agustus 2010
Setelah kembali dari Kab. Kupang membantu Wasum memasang seaedunet saya kembali memantau siaran Seaedunet di SMAN 1 ATAMBUA. Awalnya saya mengalami kesulitan untuk mendapatkan sinyal siaran, di cek beruangkali selama beberapa hari terakhir melalui web Enigma SNR selalu turun yang awalnya mendapat SNR 84 % berubah menjadi 74 % dan hari senin itu turun drastis menjadi 63 %, awalnya diperkirakan karena angin yang berhembus sangat kencang namun setelah saya amati dari bawah parabola ternyata jarak tangkap parabola tersebut terhalang oleh sebuah pohon yang mulai rindang. Memang ketika saya pertama kali datang ke lokasi menentukan titik yang awalnya pohon tersebut saya fikir sudah mati kering dan tidak berdaun lagi tetapi dua minggu setelah itu ternyat pohon tersebut berdaun lebat, akhirnya saya menemui kepala Sekolah dan menyarankan agar pohon tersebut ditebang agar tidak mengganggu sinyal siaran seamolec, hari itu juga pohon tersebut di tebang dan SNR kembali menjadi 84 % dengan kualitas streaming video yang bagus. Setelah itu saya melakukan pelatihan pengoperasian server seaedunet kepada teknisi lokal dan beberapa guru yang mengerti komputer sebagai backup (kurang lebih ada 3 guru : Pak Solomon, Ibu Rita). Pelatihan ini sengaja saya berikan secara intensif agar nantinya teknisi atau guru dapat mengoperasikan server tanpa adanya saya (saya memantau dari jarak jauh). Materi yang saya berikan berupa pengkabelan, prosedur menyalakan – mematikan, pengecekan signal melalui web enigma, merekan siaran streaming, instalasi server, dan backup data yang berada di server apabila hardisk sudah penuh. Pelatihan berjalan lancar, selesai sore hari dan sudah berkali-kali teknisi tersebut mempraktekan dari awal sampai akhir, tidak lupa langkah-langkah yang saya berikan juga mereka catat. Dan terakhir saya menempel stiker yang diberikan dari Seamolec di semua perangkat yang ada.
Selasa – Rabu – Kamis, Tanggal 3 - 5 Agustus 2010
Hari Selasa saya berencana untuk memantau siaran dan melatih teknisi yang berada di SMPN 1 dan SMPN 2 Malaka Tengah, sebenarnya saya menyiapkan dua hari untuk kedua sekolah tersebut karena jarak yang cukup jauh (sekitar 70 KM) dari Atambua, SMPN 1 Malaka Tengah terletak di Kota Betun (berada di luar kota Atambua) dan SMPN 2 Malaka Tengah terletak di atas Gunung (Daerah Kaputu). Untuk menuju ke tempat tersebut yang cukup jauh saya memerlukan angkutan dari Atambua menuju Terminal Naresa Rp 3.000,- kemudian berlanjut dengan angkutan dari Naresa menuju Betun Rp 15.000,- jarak yang cukup jauh tersebut di tempuh dalam waktu 4 jam perjalanan (seharusnya 3 jam, namun karena angkutannya lama menunggu penumpang ngetemnya sejam) jadi dari Atambua jam 10 pagi sampai Betun sekitar jam 14.30 WITA. Setelah itu berlanjut mencari ojek untuk mengantar ke rumah pak Kepala SMPN 1 Malaka Tengah karena sekolah sudah pulang (SMPN 1 Malaka Tengah memiliki jam sekolah dari jam 7 pagi sampai jam 12.30 siang WITA). Jarak dari turun angkutan menuju rumah Pak Kepala (Pak Yohanes) lumayan jauh membutuhkan ongkos Rp 5.000,-. Sesampainya dirumah pak kepala sejenak saya istirahat sambil menunggu teknisi lokal datang menjemput untuk menuju SMPN 1 Malak Tengah, setelah menjemput (Pak John) membeli Bensin untuk bahan bakar genset, maklum di
Esok pagi saya bergegas ke Kaputu. Namun
Setelah tiba di SMPN 2 Malaka Tengah (Kaputu) terpaksa saya menunggu agak lama karena perlu membeli
bensin untuk bahan bakar genset ditambah lagi genset yang ada rusak dan harus meminjam ke warga sekitar. Cukup lama saya menunggu, namun akhirnya datang juga. Setelah genset dinyalakan saya mulai mengecek server yang ada dengan client Laptop saya. SNR Bagus 85%, namun seperti SMPN 1 Malaka Tengah , SMPN 2 Malaka tengah inipun memiliki server dengan RAM 256 MB sehingga siaran video agak terputus-putus, ditambah lagi mereka hanya memiliki 1 komputer, jadi untuk client perlu meminjam komputer guru/tekhnisi lokal (Pak Erick) dari rumahnya. Selain itu kalau siang (memakai genset) komputer tidak dapat dihidupkan keduanya (server-client) jadi harus satu-per satu, karena saya menggunakan laptop saya dapat memantau siaran dengan optimal. Saya mengajarkan pada Pak Erick sebagai tekhnisi lokal secara intensif dengan dua metode seperti SMPN 1 Malaka Tengah, yaitu mode video dengan mengambil kabel langsung dari receiver ke client dan mode data dengan menyambungkan kabel dari receiver ke server t
erlebih dahulu. Untuk masalah ini saya tidak menemui kesulitan dengan Pak Erick karena beliau juga ahli dalam bidang komputer. Beliau sudah tahu yang mana kabel cross dan straight, jadi memungkinkan saya untuk bisa memantau dari jarak jauh, namun kendala yang lainnya berupa sinyal ponsel yang lemah bahkan tidak ada sinyal, jadi untuk berhubungan dengan Pak Erick saya mengandalkan sms yang entah smsnya kapan masuknya. Karena sulitnya signal disana. Menelpon pun juga percuma karena kualitas suaranya sangat buruk. Setelah itu saya menempel stiker dari seamolec dan bergegas kembali ke SMPN 1 Malaka Tengah karena saya diminta untuk melatih kembali Pak John (tekhnisi lokal SMPN 1 Malaka Tengah) bagaimana cara menggunakan LCD/Infocus, jadilah saya kembali ke SMPN 1 Malaka Tengah malam hari, dan sangat sulit mencari ojek di daerah kaputu yang mau mengantar kalau malam ke Betun, selain jalanya sulit, kondisinya juga rawan namun akhirnya saya dibantu warga sekitar berhasil menemukan ojek yang mau mengantar ke S
MPN 1 Malaka Tengah dengan biaya Rp 30.000,-. Sesampainya di SMPN 1 Malaka Tengah saya langsung bertemu dengan Pak John yang sudah lama menunggu, kemudian memulai mengajarkan bagaimana menggunakan infocus dan juga saya menempel stiker seamolec yang lupa saya tempel kemarin. Setelah selesai saya di antar ke rumah Pak Kepala SMPN 1 Malaka Tengah untuk beristirahat kembali. Ketika hendak tidur, hujan deras mengguyur.
Esok paginya ketika saya mau pulang ke Atambua, ternyata ada jalan yang putus karena longsor. Terpaksa saya kembali lagi pulang ke rumah pak kepala untuk menginap sehari lagi karena jalan tersebut sedang diperbaiki. Perjalanan yang sia-sia tersebut menghabiskan ongkos Rp 10.000,- pulang pergi. Esok paginya saya kembali pulang namun ternyata jalan tersebut masih rusak dan belum diperbaiki, akhirnya saya terpaksa untuk menyebrangi jalan tersebut dan turun ke bawah longsoran untuk dapat menyambung angkutan kembali.(FOTO)
Dalam perjalanan sangat teringat untuk menempelkan stiker di SMAN 1 KIMBANA, maklum perjalanan BETUN – ATAMBUA melewati sekolah tersebut, agar menghemat biaya saya berpikir untuk sekalian berkunjung. Sebenarnya SMAN 1 KIMBANA ini sudah fix seaedunetnya, sebelumnya saya sempat melatih secara intensif Pak Niko dan Pak Steve (Teknisi Lokal) tentang pengoperasian dan mereka sudah bisa saya pantau dari jarak jauh, selain itu masalah lab juga sudah saya selesaikan ada sekitar 20 komputer yang sudah dapat terhubung dengan seaedunet melalui jaringan lokal. SNR 84 % dengan kualitas siaran yang sangat baik dan server yang OK sehingga video tidak putus-putus. Selain itu saya dan Sandi juga sempat mengecek mengenai pengiriman data dari
Sabtu, 7 Agustus 2010
Setelah dari Betun, Sabtu pagi saya berangkat ke SMPN 1 LAMKANEN yang berada di desa Weluli, keadaanya tak ubahnya seperti SMPN 2 Malaka Tengah karena berada di puncak gunung yang berbatasan langsung dengan Timor Leste (hanya dipisahkan dengan sungai). Untuk kesana saya perlu naik bus yang adanya hanya 1x dalam sehari (sehari pergi pulangnya besok). Pertama dari tempat kos di Atambua saya harus naik ojek ke terminal Fatubunao, kemudian lanjut dengan naik bus yang ke arah Weluli namun bus disini memiliki jadwal khusus, jam 6 pagi bus dari Weluli (lamaknen) berangkat menuju Atambua membawa penumpang yang ingin pergi ke atambua dan sekitar jam 11 siang bus tersebut kembali dari Atambua ke Weluli (lamaknen), itulah satu siklus perputaran bus. Hanya sekali pulang pergi dan busnya pun terbatas hanya ada kurang lebih 4 bus. Bukan main berdesakan penumpang dan barang di dalamnya. Ditambah jalan yang berbatuan sehingga kadang miring kiri dan kanan yang sering bikin mual. Biaya sekali berangkat bus ini Rp 10.000,- beda sedikit dengan biaya ke Betun karena memang waktu yang di perlukan sekitar 2 jam untuk mencapai SMPN 1 LAMAKNEN. Setibanya disana saya segera memasang stiker dari seamolec dan mengecek siaran seaedunet, namun karena server belum tersedia saya menyambungkan langsung dari digibox ke client. Seperti pertama kali kami kesini. Setelah itu melakukan pelatihan pengoperasian kepada tekhnisi lokal (pak Mike). Namun karena hari sudah sore dan ditambah angkutan yang menuju atambua sudah tidak beroperasi maka saya bermalam di rumah guru sekitar sekolah SMPN 1 LAMAKNEN, di SMPN 1 Lamaknen ini tak jauh beda kondisinya dengan SMPN 1 dan SMPN 2 Malaka Tengah karena listrik disini hanya ada pada malam hari, sehingga membutuhkan genset(diesel) dan bensin untuk menyalakan listrik. Saya baru kembali esok paginya (hari minggu) dengan bus menuju ke Atambua.
Senin – Rabu, 8-10 Agustus 2010
Libur Ramadhan...
Kamis, 11 Agustus 2010 – Kamis, 19 Agustus 2010
Memantau siaran seaedunet melalui sms atau telphone kepada sekolah-sekolah
Senin, 23 Agusutus 2010
Sebelumnya hari minggu siang mendapat sms dari Pak Ali dan Mas Agri bahwa besok hari senin, 23 Agustus 2010 akan dilakukan ViCon antara seamolec dan Undana, dan diharapkan seluruh titik seaedunet diaktifkan. Saya sudah menghubungi tiap titik seaedunet mengenai jadwal siaran tersebut. Kemudian pagi harinya saya memantau dari sms atau telephone.
Sejak jam 9 WITA saya sudah meminta mereka untuk perangkat seaedunet dinyalakan dan di stand by dan apabila ada siaran sedangkan mereka tidak dapat menonton tolong direkam, namun setelah jam 10.00 WITA saya mengecek kembali ternyata belum ada siaran di SMAN 1 Kimbana, sementara dari pihak SMPN 1 Malaka Tengah sudah menanyai saya “Mas videonya tidak play, kalau di sekolah lain gambarnya keluar ko tidak ? “ Pak John Sera dari SMPN 1 Malaka Tengah mengirim sms, kemudian saya balas “ Sebentar pak, saya cek dulu” dan ternyata saya cek ke SMAN 1 KIMBANA siarannya juga belum ada. Akhirnya jam 12.00 WITA saya meminta kepada pak John dari SMPN 1 Malaka Tengah untuk mematikan dahulu perangkatnya karena kuatir buang-buang bahan bakar karena disana dinyalakan dengan tenaga genset dan bensin. (sayang-sayang dibuang sia-sia). Kemudian saya tetap melanjutnya pemantauan jarak jauh di dua titik SMAN 1 Kimbana dan SMAN 1 Atambua, mereka berjanji kalau ada siaran akan langsung di informasikan ke saya. Saya sedikit tenang karena di kedua titik tersebut listrik memang full menyala jadi tak perlu keluar uang untuk membeli bahan bakar, ditambah lagi jam sekolah mereka memang dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Ketika jam 4 WITA, Pak Steve dari SMAN 1 KIMBANA memberitahukan saya bahwa siarannya sampai sekarang masih belum ada, kemudian disusul pemberitahuan dari Pak Solomon (SMAN 1 ATAMBUA) kalau siaran belum mulai dan ternyata siaran tersebut memang dibatalkan.
***